BANDA ACEH – Gubernur Aceh, Muzakir Manaf (Mualem), menghadiri sekaligus membuka Diskusi Internasional dalam rangka memperingati 20 tahun perdamaian Aceh, Kamis (14/8/2025), di Hermes Palace Hotel, Banda Aceh.
Diskusi bertajuk “20 Years of Helsinski MoU: Successes and Challenges” ini dihadiri Wali Nanggroe Aceh, perwakilan Crisis Management Initiative (CMI), Ketua Badan Reintegrasi Aceh, para duta besar, bupati/wali kota, serta akademisi dan aktivis pegiat sejarah perdamaian.
Dalam sambutannya, Mualem menekankan bahwa dua dekade perdamaian Aceh menjadi bukti keberhasilan penyelesaian konflik secara bermartabat. Ia menyebut kegiatan ini sebagai momen memperkuat komitmen bersama dalam menjaga warisan damai Aceh.
“Hari ini kita berkumpul dalam suasana persaudaraan pada momen peringatan dua dekade perdamaian Aceh. Ini adalah proses yang harus terus dijaga. Mari kita teguhkan tekad untuk menjaga warisan damai ini, bukan hanya untuk dua dekade, tetapi selamanya,” ujar Mualem.
Ketua Badan Reintegrasi Aceh, Jamaluddin, S.H., M.Kn., menambahkan, diskusi ini bertujuan memahami makna 20 tahun perdamaian Aceh sekaligus merumuskan rekomendasi bagi Pemerintah Pusat. Ia menekankan pentingnya penyelesaian konflik yang bersifat menyeluruh dan berkelanjutan.
“Hasil dari diskusi publik hari ini akan diserahkan kepada Pemerintah Pusat sebagai referensi dalam penyusunan kebijakan terkait perdamaian Aceh yang menyeluruh dan berkelanjutan,” katanya.
Sementara itu, perwakilan CMI, Minna Kukkonen Kalender, menyatakan bahwa perdamaian Aceh merupakan hasil tekad kuat masyarakat, bukan hanya elit politik. Ia menekankan peran perempuan dan anak muda dalam menjaga perdamaian Aceh.
“Kami sebagai teman masyarakat Aceh, siap mendukung dan hadir untuk perdamaian Aceh yang berkelanjutan. Saya yakin anak muda di Aceh tidak hanya memiliki kenangan tentang masa lalu, tapi juga semangat untuk membangun masa depan Aceh yang lebih baik,” ucap Minna.***
Editor: RedaksiReporter: Redaksi