Home / Nasional

Jumat, 18 Juli 2025 - 10:08 WIB

Menag Paparkan Ekoteologi dan Kurikulum Cinta di PPWK PBNU Surabaya

mm Redaksi

Menteri Agama Nasaruddin Umar menjadi narasumber dalam kegiatan Pendidikan Pengembangan Wawasan Keulamaan (PPWK) yang diselenggarakan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)yang digelar di Yayasan Pondok Pesantren Miftachussunnah, Surabaya, Kamis (17/7/2025). dok. Hilman Fauzi/Kemenag RI

Menteri Agama Nasaruddin Umar menjadi narasumber dalam kegiatan Pendidikan Pengembangan Wawasan Keulamaan (PPWK) yang diselenggarakan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)yang digelar di Yayasan Pondok Pesantren Miftachussunnah, Surabaya, Kamis (17/7/2025). dok. Hilman Fauzi/Kemenag RI

Surabaya – Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar menjadi narasumber dalam kegiatan Pendidikan Pengembangan Wawasan Keulamaan (PPWK) yang digelar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Yayasan Pondok Pesantren Miftachussunnah, Surabaya, Kamis (17/7/2025).

Acara ini turut dihadiri Rais ‘Aam PBNU K.H. Miftachul Akhyar, Ketua Umum PBNU K.H. Yahya Cholil Staquf, serta para ulama dari berbagai wilayah di Indonesia. Di hadapan para peserta, Menag memperkenalkan dua pendekatan baru dalam pendidikan keagamaan yang saat ini dikembangkan Kementerian Agama, yaitu Ekoteologi dan Kurikulum Cinta.

Baca Juga :  Wamendagri dan Walikota Banda Aceh Kunjungi Landmark BSI Aceh dalam Rangka Semiloka "Road to Launching Banda Aceh Kota Parfum Indonesia

“Ekoteologi merupakan pendekatan keagamaan yang peduli terhadap pelestarian lingkungan hidup. Sementara Kurikulum Cinta menanamkan nilai kasih sayang, empati, dan toleransi dalam proses pembelajaran,” jelas Nasaruddin.

Ia menyebut kedua pendekatan tersebut selaras dengan nilai-nilai pendidikan yang selama ini diajarkan di pesantren. Menurutnya, pesantren memiliki kekuatan untuk menjadi pelopor dalam mengembangkan Ekoteologi dan Kurikulum Cinta.

Baca Juga :  Kelulusan PPG Angkatan 1 Kemenag 2025 Tembus 99,35 Persen, Mayoritas Guru Lulus dengan Baik

“Pesantren merupakan ekosistem pendidikan yang unggul karena memadukan dimensi keilmuan, spiritualitas, dan pengabdian kepada masyarakat,” ujarnya.

Lebih lanjut, Menag menekankan pentingnya menjaga tradisi pesantren sebagai fondasi untuk mencetak ulama yang tidak hanya alim secara keagamaan, tetapi juga peka terhadap dinamika sosial.

“Pesantren punya keistimewaan karena mengajarkan kontemplasi — kemampuan merenung secara mendalam, memahami makna hidup, dan menjawab persoalan dengan hikmah. Ini sesuatu yang langka dalam sistem pendidikan modern,” tambahnya.

Baca Juga :  Penuh Keakraban, Masyarakat Aceh di Balikpapan Sambut Marlina Muzakir

Karena keunggulan-keunggulan itulah, Nasaruddin berharap ke depan Ekoteologi dan Kurikulum Cinta menjadi bagian dari narasi besar pendidikan pesantren di Indonesia.

“Ekoteologi dan Kurikulum Cinta harus menjadi bagian dari narasi besar pendidikan pesantren. Inilah yang akan menjadikan pesantren sebagai agen perubahan yang mampu menjawab tantangan masa depan dengan nilai-nilai luhur,” tandasnya.***

Editor: RedaksiReporter: Redaksi

Share :

Baca Juga

Nasional

Maulid Nabi Muhammad SAW Tingkat Kenegaraan 1447 H Digelar di Masjid Istiqlal, Momentum Kebangsaan dan Spiritualitas

Nasional

Menag: Zakat dan Wakaf Bisa Jadi Motor Kesejahteraan Masyarakat

Nasional

Menag Apresiasi Peran DDII dalam Mengirim Da’i ke Pelosok Negeri

Nasional

Presiden Prabowo Dorong Pemerataan Layanan Kesehatan, Targetkan 20 Juta Siswa Ikut Cek Kesehatan Gratis

Nasional

Pemerintah Tetapkan 17 Hari Libur Nasional dan 8 Cuti Bersama untuk 2026

Nasional

34 Masjid Terima Stimulus Rp5,1 Miliar untuk Pemberdayaan

Nasional

UPZ Kemenag Raih Dua Penghargaan Bergengsi di Baznas Award 2025

Nasional

Menag Nasaruddin Umar Sampaikan Belasungkawa Presiden Prabowo untuk Korban Kebakaran DPRD Makassar