Aceh — negeri luka yang bangkit, tanah doa yang dijaga dengan darah dan harga diri. Setelah bertahun-tahun menjadi tanda tanya di batas perairan barat negeri, kini empat pulau yang dulu nyaris tak terjamah kembali dalam pelukan Tanah Rencong. Dan satu nama pun menggema di antara haru dan bangga: Mualem.
H. Muzakir Manaf, atau Mualem, adalah mantan Panglima Gerakan Aceh Merdeka (GAM), sosok yang dulu memimpin perjuangan bersenjata, dan kini menjadi ikon diplomasi konstitusional. Lewat langkah-langkahnya yang penuh keberanian dan keikhlasan, Aceh kembali mendapatkan haknya. Sejarah pun mencatat dengan tinta emas:
Empat permata itu adalah:
1. Pulau Panjang
2. Pulau Lipan
3. Pulau Mangkir Gadang
4. Pulau Mangkir Ketek
Keempatnya berada di perairan Kabupaten Aceh Singkil. Bukan sekadar gugusan karang dan pasir, melainkan simbol kehormatan Aceh yang lama tertunda. Dan kini, mereka resmi menjadi bagian dari tanah ini, disambut oleh rakyat dengan rasa syukur dan bangga.
Namun perjuangan belum berakhir. Rakyat kini bertanya:
“Kapan empat pulau ini akan dihidupkan dengan semangat pembangunan?”
“Kapan pemerintah Aceh mengubahnya menjadi pulau-pulau indah, yang bukan sekadar trofi sejarah, tapi warisan kebanggaan untuk anak cucu?”
Bayangkan, Empat pulau itu tumbuh menjadi pulau-pulau indah dan abadi, dikenang sepanjang abad oleh anak cucu Tanah Rencong. Bukan hanya sebagai wilayah yang pernah diperebutkan, tetapi sebagai mahkota laut Aceh, tempat harapan bersandar, tempat sejarah dipelihara.
Dan harapan itu kini menggantung penuh keyakinan pada pemimpin Aceh hari ini: Muslem.
Masa jabatan Muslem masih panjang. Baru dimulai. Dan rakyat percaya, di bawah kepemimpinannya bersama arahan Mualem, keempat pulau itu akan dihias, dibangun, dan dimuliakan.
Pulau Panjang, Lipan, Mangkir Gadang, dan Mangkir Ketek akan bersinar. Tidak hanya menjadi lambang kembalinya batas, tapi menjadi saksi bahwa Aceh bisa berdiri gagah, bukan hanya karena sejarahnya, tapi juga karena keberanian membangun masa depannya.
Empat pulau telah kembali. Mualem telah mengangkat martabat. Kini bersama Muslem, Aceh harus mempercantik mahkotanya, agar anak cucu tahu bahwa tanah ini tidak hanya menjaga harga diri, tapi juga menghidupkannya dengan karya.
Biarlah empat pulau itu menjadi legenda Tanah Rencong. Yang tak akan dimakan usia.
Indah. Abadi. Dan menjadi bukti, bahwa dari ujung barat Indonesia, lahir kisah besar yang akan dikenang sepanjang zaman.
Ditulis Oleh: Drs. Isa Alima
Editor: Redaksi