BANDA ACEH – Sekretaris Daerah (Sekda) Aceh, M Nasir, mengapresiasi dukungan Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin atas keberhasilan Rumah Sakit Umum Daerah dr Zainoel Abidin (RSUDZA) melakukan operasi cerebrovascular pertama di Aceh.
Apresiasi itu disampaikan Sekda saat konferensi video dengan Menkes RI di ruang rapat Sekda Aceh, Minggu (7/9/2025).
“Apresiasi dan terima kasih atas dukungan Pak Menteri serta tim dokter bedah dari RS PON yang telah bekerjasama dengan tim bedah RSUDZA, sehingga operasi cerebrovascular pertama ini berhasil dan sukses kita lakukan,” ujar M Nasir.
Operasi cerebrovascular merupakan tindakan bedah saraf pada pembuluh darah otak untuk menangani penyumbatan, aneurisma, hingga malformasi arteriovenosa. Prosedur ini biasanya dilakukan pada pasien stroke.
M Nasir menegaskan, keberhasilan operasi perdana tersebut menjadi langkah penting bagi Aceh dalam memperkuat layanan kesehatan. Pemerintah Aceh, kata dia, akan terus berbenah dengan meningkatkan fasilitas dan sumber daya manusia (SDM) di bidang kedokteran.
“Pemerintah Aceh sangat fokus di sektor kesehatan, dengan program JKA Unggul. Program pencegahan juga akan kami evaluasi dan perbaiki, terutama terkait pelaksanaan program pemeriksaan kesehatan gratis Pak Presiden Prabowo,” kata Sekda.
Ia menambahkan, penguatan SDM dokter di Aceh menjadi prioritas utama, agar saat peralatan baru tiba dapat langsung dioperasikan. Pemerintah Aceh juga siap menyiapkan tempat representatif untuk mendukung layanan operasi besar tersebut.
“Pemerintah Aceh mengapresiasi prestasi RSUDZA atas keberhasilan menjalankan operasi cerebrovascular pertama di Aceh. Ini prestasi luar biasa karena kita menjadi RS pertama di Sumatera dan ke-8 di Indonesia yang mampu melakukan operasi besar ini,” sebut M Nasir.
Menkes: Kelengkapan Alat Minimalisir Rujukan
Dalam kesempatan yang sama, Menkes RI Budi Gunadi Sadikin menegaskan Kemenkes akan menyalurkan 514 unit CT Scan dan 514 Cath Lab ke rumah sakit daerah, termasuk RSUDZA. Ia meyakini kelengkapan alat ditambah kecakapan SDM akan mengurangi kebutuhan rujukan pasien ke luar daerah.
“Dengan penyerahan alat ini, maka kita juga membutuhkan dokter spesialis saraf khususnya. Jadi Pemerintah Aceh harus menyekolahkan hingga ke luar negeri bila perlu, agar lebih baik lagi SDM dokter-dokter kita,” kata Menkes.
Budi juga menambahkan dengan nada bercanda, “Dan, harus orang Aceh jangan orang luar Aceh. Jangan orang Jawa, karena nanti setelah dapat spesialis mereka akan kembali ke Jawa. Boleh orang Jawa tapi yang bujang. Lalu nanti nikahkan dengan dara Aceh, biar terjebak mereka di sana, berbakti di Aceh dan tidak kembali lagi ke Jawa.”
Selain CT Scan dan Cath Lab, Kemenkes juga mengakomodasi permintaan RSUDZA berupa Mikroskop neurosurgery untuk mendukung layanan bedah saraf.
“Selamat kepada teman-teman di RSUDZA, selamat kepada dokter yang bertugas di sana. Selamat dan terima kasih kepada Pemerintah Aceh, kepada Pak Sekda atas dukungannya. Teman-teman di RSUDZA, terus tingkatkan kapasitasnya. Kemenkes akan terus berbuat dan berbagi sebanyak-banyaknya,” ujar Menkes.
Selain itu, Menkes juga mengingatkan pentingnya pencegahan penyakit melalui pola hidup sehat dan memanfaatkan layanan kesehatan gratis dari pemerintah.
“Yang harus diingat adalah pencegahan, karena semua orang tidak ingin terkena stroke. Untuk itu, kepada teman-teman media mohon bantuannya mengajak masyarakat membiasakan pola hidup bersih dan sehat serta memanfaatkan fasilitas pemeriksaan kesehatan gratis sekali setahun yang diluncurkan Pak Presiden Prabowo,” imbau Menkes.
Ia berharap dengan penguatan layanan kesehatan dan kesadaran masyarakat, angka kematian dini bisa ditekan. “Harapan kita tidak ada masyarakat Aceh yang wafat di bawah usia 74 tahun. Sekali lagi selamat dan terima kasih,” pungkas Menkes.***
Editor: DahlanReporter: Syaiful AB