Jakarta — Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar menegaskan bahwa pendidikan berbasis pondok pesantren dan penerapan Kurikulum Cinta di madrasah menjadi solusi dalam membentuk karakter anak yang utuh. Hal itu disampaikannya saat mengikuti kegiatan Car Free Day (CFD) untuk memperingati Hari Anak Nasional 2025 di kawasan Sudirman, Jakarta, Minggu (20/7/2025).
“Sekarang ini, tempat yang paling aman untuk anak-anak adalah di Pondok Pesantren. Secara statistik, di pondok pesantren anak jadi lebih teratur, terdisiplinkan pola hidupnya, lahir batinnya juga terpelihara, terkontrol,” ujar Menag Nasaruddin.
Acara CFD ini dirancang untuk mengedukasi dan menggembirakan anak-anak Indonesia dengan berbagai aktivitas, seperti memperkenalkan permainan tradisional agar mereka tidak terlalu banyak menghabiskan waktu dengan gawai. Kegiatan ini juga dimeriahkan dengan pentas seni dan dihadiri sejumlah pejabat negara, antara lain Pembina SERUNI (Solidaritas Perempuan untuk Indonesia) Selvi Gibran Rakabuming, Menko PMK Pratikno, Mendikdasmen Abdul Mukti, para wakil menteri, serta anggota SERUNI.
Menurut Menag, pendidikan anak bukan hanya tanggung jawab anak itu sendiri, melainkan juga orang tua. Ia menyebut banyak orang tua yang sudah dewasa secara usia, tetapi masih kekanak-kanakan dalam kepribadian sehingga pola asuhnya kurang tepat.
“Sebetulnya yang perlu diperbaiki bukan hanya anak, orang tuanya pun juga bertanggung jawab. Ada orang tua yang dewasa secara umur, tapi masih childish dari segi kepribadian,” tegasnya.
Selain mendorong pendidikan pesantren, Kementerian Agama juga memperkenalkan Kurikulum Cinta di madrasah. Kurikulum ini mengajarkan nilai kasih sayang, toleransi, cinta tanah air, cinta lingkungan, dan persaudaraan lintas agama. “Kurikulum cinta itu memberikan pemahaman untuk tidak mengajarkan kebencian, banyak yang merasa mengajarkan agama padahal tidak sadar mengajarkan kebencian,” jelas Imam Besar Masjid Istiqlal itu.
Ia menambahkan, dunia pendidikan sangat menentukan masa depan bangsa. Oleh karena itu, semua lembaga pendidikan harus memberikan arah dan tujuan hidup yang jelas sejak dini. “Anak-anak kita sekarang ini harus punya direction. Mau jadi anak seperti apa, anak bangsa seperti apa yang kita akan order di masa depan harus ditentukan dari sekarang,” ujarnya.
Menag juga mengajak semua kementerian untuk bersinergi dalam mengelola pendidikan anak bangsa. “Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah dengan Kementerian Agama sama-sama mengelola anak bangsa, maka itu kita perlu bergandeng tangan, jangan antara satu kementerian dengan kementerian lain tidak searah,” tambahnya.
CFD ini menjadi salah satu rangkaian peringatan Hari Anak Nasional yang puncaknya akan digelar pada 23 Juli 2025. Kegiatan diikuti oleh 1.099 anak dari 82 satuan pendidikan di Jakarta, mulai dari pondok pesantren, PAUD, TK, SD, SMP, SMA, madrasah hingga sekolah luar biasa.
Sementara itu, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Arifah Fauzi mengatakan, pengenalan permainan tradisional sebagai bagian acara bertujuan mengurangi ketergantungan anak pada gawai. Hal ini muncul dari keprihatinan atas tingginya kasus kekerasan terhadap anak akibat pola asuh yang buruk dan penggunaan gadget yang tidak bijak.
“Dari beberapa kekerasan, kasus-kasus yang kami dalami, salah satu penyebabnya adalah pola asuh dalam keluarga, penggunaan gadget yang tidak bijaksana, dan faktor yang minimal. Oleh karena itu, pada hari ini kami mengajak anak-anak untuk bermain permainan tradisional, agar mereka tidak terfokus lagi pada gadgetnya, tetapi kita bisa bermain bersama-sama,” ujar Arifah.***
Editor: RedaksiReporter: Redaksi