Gayo Lues – Ruwaidawati (32), guru di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 1 Gayo Lues, tampak sumringah saat bercerita tentang pengalamannya mengajar di kelas digital. Sejak 2018 ia mengabdikan diri di madrasah tersebut sebagai tenaga honorer, hingga kini ditetapkan sebagai Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
Menurut lulusan Universitas Negeri Medan (UNIMED) itu, perubahan sistem pembelajaran dari manual ke digital bukan halangan, justru menjadi peluang. “Sebenarnya sama saja dengan manual, Pak. Bedanya, interaksi dengan orang tua lebih intensif, cara mengajar lebih mudah, dan tugas bisa diberikan meski siswa di rumah,” ujarnya, Kamis (18/9/2025).
Meski mengakui ada kendala teknis seperti koneksi internet lambat atau listrik padam, Ruwaidawati tetap merasa terbantu. “Alhamdulillah, enak mengajar di sini. Kita pergunakan fasilitas yang ada sehingga aktivitas belajar bisa lancar,” katanya.
Dukungan Madrasah dan Kemenag Terhadap Ruwaidawati
Kepala MTsN 1 Gayo Lues, Sadri, menilai kelas digital membuat pembelajaran lebih simpel dan transparan. “Dengan sistem yang ada, orang tua bisa mengawasi anaknya di sekolah karena mereka juga memiliki akun,” jelasnya.
Ia memastikan pihak madrasah terus meningkatkan fasilitas internet seiring bertambahnya jumlah siswa. “Setiap tahun kapasitas internet ditambah,” tambahnya.
Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kanwil Kemenag) Aceh, Azhari, yang hadir dalam kunjungan kerja ke Gayo Lues, menegaskan pentingnya kesiapan guru menghadapi digitalisasi pendidikan. “Kita mesti terus belajar dan menggali informasi untuk mengikuti perkembangan ilmu. Ini bagian program Kemenag untuk pendidikan unggul, ramah, dan terintegrasi,” ujarnya.
Selain memantau kelas digital, Azhari juga menghadiri sejumlah agenda di Gayo Lues, di antaranya peluncuran wakaf tunai, pemantauan program limit (lima belas menit) bersama Al-Qur’an, hingga Rakor Wilayah II Pokjaluh Aceh.***
Editor: RedaksiReporter: Redaksi