Jakarta – Menteri Agama Nasaruddin Umar menyampaikan keprihatinannya atas insiden pembubaran kegiatan ibadah di rumah doa Jemaat Gereja Kristen Setia Indonesia (GKSI) di Padang, Sumatera Barat. Ia menegaskan pentingnya memastikan peristiwa serupa tidak terulang.
“Kami sedang mencari data ya. Saya akan secepatnya, saya akan mengurus tim kami ke Padang, saya berharap itulah peristiwa yang terakhir kejadian di Indonesia. Ini obsesi kami, kesalahpahaman dan sebagainya itu harus dihentikan,” ujar Menag Nasaruddin Umar di Jakarta, Rabu (30/7/2025).
Nasaruddin mengatakan telah berkoordinasi dengan Kantor Wilayah Kemenag Sumatera Barat dan dalam waktu dekat akan mengirimkan tim untuk menanggapi situasi di lapangan. Ia menyebut kasus serupa yang sempat terjadi di Jawa Barat sebelumnya telah berhasil ditangani.
“Kami sudah berkomunikasi dengan Kanwil-nya, kami akan mengutus tim kami nanti ke sana untuk mencari solusi yang terbaik, saya mendengar itu sudah terkendalikan oleh kawan-kawan dan pihak aparat. Tapi apapun juga, itu adalah sebuah pencitraan negatif dari bangsa kita dan saya berharap jangan ada lagi kasus-kasus seperti ini dan saya pribadi sangat menyesalkan,” katanya.
Sebagai langkah jangka panjang, Kemenag menyiapkan kurikulum cinta untuk diterapkan di lingkungan pendidikan. Menurutnya, program ini ditujukan untuk membangun budaya saling pengertian dan menghilangkan prasangka antar kelompok masyarakat.
“Kementerian Agama punya falsafah sendiri, kalau seperti ini kejadiannya jangan-jangan nanti akan ada lagi. Maka itu, kami selaku Menteri Agama mencari pendekatan lain dengan cara memperkenalkan kurikulum cinta. Kurikulum cinta ini secara mendasar akan kita obsesikan untuk menghilangkan segala bentuk kecurigaan dan kesalahpahaman antara satu sama lain,” tuturnya.
Sebelumnya, sekelompok warga membubarkan ibadah di rumah doa GKSI di Kelurahan Padang Sarai, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang, pada 27 Juli 2025. Kejadian tersebut menimbulkan kepanikan di kalangan jemaat, termasuk anak-anak, dan disertai perusakan fasilitas oleh massa.
Video yang beredar memperlihatkan puluhan orang mendatangi rumah doa sambil membawa kayu. Jemaat yang berada di dalam rumah keluar, sementara sebagian massa merusak kursi dan kaca.
Pihak kepolisian telah menetapkan sembilan orang sebagai terduga pelaku berdasarkan rekaman video di lokasi.
“Yang sudah kami amankan sembilan orang, tentunya akan berkembang lagi. Sembilan orang ini adalah yang sesuai di video yang ada,” ungkap Wakapolda Sumbar Brigjen Solihin.***
Editor: RedaksiReporter: Redaksi