Jakarta – Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar menegaskan bahwa fungsi utama agama adalah untuk kemanusiaan, bukan sekadar ritual yang menegaskan ketuhanan. Pesan tersebut ia sampaikan dalam keynote speech Indonesian Humanitarian Dialogue 2025 di Jakarta, Rabu (24/9/2025).
“Agama itu untuk manusia, bukan untuk Tuhan. Tuhan tidak akan bertambah ketuhanan-Nya meski semua manusia beribadah, dan tidak akan berkurang jika manusia berhenti beribadah. Jadi, untuk apa kita beragama? Untuk manusia itu sendiri, untuk kepentingan kemanusiaan,” ujar Menag.
Acara ini juga dihadiri Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Pratikno. Menag menilai, implementasi ajaran agama kerap melenceng dari tujuan aslinya, bahkan dijadikan legitimasi kekerasan. Padahal, hakikat agama adalah keindahan dan kasih sayang.
“Kalau ada yang mengajarkan agama tapi mengedepankan kebencian, itu bukan agama. Agama hadir untuk cinta kasih, bukan konflik atau permusuhan,” tegas Imam Besar Masjid Istiqlal ini.
Ia juga mengajak umat beragama melakukan transformasi dari teologi maskulin yang keras menuju teologi feminin yang penuh kasih sayang. Menurutnya, agama seharusnya mampu meredam konflik, bukan memperkuat maskulinitas yang keras.
Lebih jauh, Menag mengingatkan bahwa agama tidak boleh hanya berperan sebagai “pemadam kebakaran” saat konflik pecah. Agama, kata dia, harus hadir di hulu dengan ikut merumuskan sistem dan solusi agar masalah sosial bisa dicegah sejak awal.
“Selama ini agama hanya diminta menyelesaikan akibat, padahal sebabnya tidak disentuh. Kita perlu membaca ulang kitab suci agar kerangka besar kemanusiaan benar-benar hadir. Agama harus ikut mencegah masalah, bukan sekadar menyelesaikan setelah muncul,” pungkasnya.***
Editor: RedaksiReporter: Redaksi












