Jakarta – Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar menerima kunjungan Duta Besar Inggris untuk Indonesia, Dominic Jermey, di Kantor Kementerian Agama, Jakarta, Rabu (23/7/2025).
Dimana, pertemuan tersebut membahas penguatan kerja sama di bidang pendidikan, khususnya dalam membuka akses studi internasional bagi para santri pondok pesantren.
Menag menyampaikan bahwa saat ini terdapat lebih dari 30.000 pondok pesantren di seluruh Indonesia, dengan jumlah santri aktif berkisar antara 3,4 hingga 4,37 juta orang. Ia menekankan bahwa pesantren memiliki karakteristik pendidikan yang unik, dengan sistem pembelajaran yang intens dan berkesinambungan.
“Para santri tidak hanya belajar pada jam sekolah, tetapi juga melanjutkan pembelajaran di sore dan malam hari dalam lingkungan yang tertata. Ini membentuk daya konsentrasi dan kedisiplinan yang kuat,” ujar Menag.
Menag juga menyebut bahwa Inggris merupakan salah satu negara tujuan favorit mahasiswa Indonesia karena masa studi yang efisien serta lingkungan sosial yang ramah dan inklusif.
“Mahasiswa berhijab merasa aman di Inggris karena tidak menghadapi diskriminasi ekstrem. Selain itu, prinsip kesetaraan yang diterapkan kampus-kampus di Inggris memberi ruang aman bagi mahasiswa Indonesia yang berasal dari latar belakang agama yang beragam,” tambahnya.
Ia juga menyoroti pendekatan pengajaran di kampus Inggris yang dinilai lebih humanis. “Hubungan dosen dan mahasiswa di Inggris sangat cair dan terbuka, memudahkan diskusi akademik,” imbuhnya.
Menanggapi hal tersebut, Duta Besar Dominic Jermey menyatakan kesiapan Inggris untuk memperluas kerja sama pendidikan dengan Kementerian Agama. Ia menegaskan bahwa pemerintah Inggris siap membuka peluang studi bagi para santri ke Inggris, meningkatkan akses pembelajaran bahasa Inggris, serta mendukung pengembangan karier mereka di masa depan.
“Kami siap mendukung kemudahan visa bagi para santri dan ingin mengetahui kebutuhan lain yang bisa kami bantu untuk merealisasikan kerja sama ini,” ujarnya.
Menag menyambut baik komitmen tersebut. Ia menyampaikan dua kebutuhan utama untuk mendukung implementasi kerja sama ini. Pertama, ketersediaan native speaker untuk mengajar bahasa Inggris di pesantren guna memperkuat kemampuan bahasa santri. Kedua, promosi kampus-kampus Inggris di lingkungan pesantren hingga tingkat kabupaten.
“Bila kerja sama ini terwujud, kami siap menggerakkan Direktorat Pesantren untuk menindaklanjuti MoU secara cepat dan terstruktur,” tegas Menag.
Dalam kesempatan tersebut, Duta Besar Inggris juga menyampaikan ketertarikan negaranya terhadap pengembangan sektor keuangan syariah (sharia finance) di Indonesia, termasuk kemungkinan investasi dalam pengelolaan dana haji.
Menag menyambut positif hal tersebut namun menekankan pentingnya kepatuhan terhadap regulasi yang berlaku serta perlunya koordinasi lebih lanjut dengan Presiden dan Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH).
Pertemuan ditutup dengan komitmen kedua pihak untuk menindaklanjuti hasil diskusi melalui langkah-langkah konkret sebagai wujud keseriusan mempererat hubungan bilateral, khususnya di bidang pendidikan dan keuangan syariah.***
Editor: RedaksiReporter: Redaksi