Banda Aceh – Korupsi selalu menjadi bayang-bayang gelap dalam perjalanan bangsa. Dari ruang rapat para pejabat hingga lorong kantor pemerintahan, praktik suap dan gratifikasi kerap menjadi “bisnis haram” yang dijalankan dengan penuh perhitungan. Namun, langkah licik itu tidak selalu mulus. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) hadir sebagai pemburu yang siap menerkam di waktu yang tepat.
Salah satu senjata pamungkas KPK adalah OTT (Operasi Tangkap Tangan). Dalam operasi ini, pelaku korupsi tidak diberi kesempatan melarikan diri. Mereka ditangkap basah, dengan bukti uang, dokumen, atau rekaman transaksi suap yang sudah dipantau sejak lama. Publik sering kali menyaksikan bagaimana pejabat atau anggota dewan digiring ke mobil tahanan KPK, dengan wajah tertunduk dan tangan terborgol.
OTT bukan sekadar penangkapan biasa. Ini adalah operasi penuh strategi, dijalankan dengan perencanaan matang, pengintaian berhari-hari, hingga momen eksekusi yang menegangkan. Yuk, kita bedah cara KPK menjaring koruptor lewat OTT.
Tahapan OTT: Dari Bayangan Hingga Borgol
Setiap operasi OTT dimulai dari informasi awal. Laporan masyarakat, hasil penyadapan, atau investigasi internal KPK menjadi pintu masuk. Dari sinilah pola pergerakan para tersangka diamati. Percakapan telepon, janji bertemu, hingga aliran uang dipantau secara cermat.
Tahap berikutnya adalah perencanaan operasi. Tim KPK menentukan waktu dan lokasi. Semua dihitung: kapan uang suap diserahkan, di mana titik temu berlangsung, siapa saja yang terlibat. Seperti pemburu yang menunggu mangsa, KPK bersabar menanti momen paling tepat.
Saat transaksi berlangsung, tim eksekusi langsung bergerak. Pelaku tidak diberi kesempatan menutupi jejak. Mereka ditangkap di lokasi kejadian, sering kali di kantor, rumah makan, atau bahkan hotel. Bersama tersangka, bukti berupa uang tunai, cek, atau dokumen langsung diamankan.
Setelah itu, barang bukti disegel dan diamankan. Uang hasil suap biasanya difoto, dihitung, dan dimasukkan ke dalam plastik bukti. Semua dilakukan transparan, sesuai prosedur hukum. Pelaku lalu dibawa ke Gedung Merah Putih KPK untuk menjalani pemeriksaan maraton.
Akhirnya, proses hukum berjalan. Dari penyelidikan, penetapan tersangka, hingga persidangan, bukti hasil OTT menjadi senjata utama untuk menjerat koruptor di meja hijau.
Bukti Nyata OTT KPK di Lapangan
Sejumlah kasus besar lahir dari OTT KPK. Pejabat daerah yang kedapatan menerima uang sogokan untuk proyek pembangunan. Anggota DPR yang tertangkap basah saat menerima gratifikasi terkait pengesahan anggaran. Hingga pegawai negeri yang menyalahgunakan jabatan demi keuntungan pribadi.
Setiap OTT menghadirkan drama kriminal yang sama: pelaku yang sebelumnya percaya diri, tiba-tiba kehilangan langkah. Suap yang awalnya dianggap “rahasia aman” justru menjadi tali jerat yang menyeret mereka ke meja hijau. Publik pun disadarkan, bahwa korupsi tidak bisa lagi dianggap permainan tanpa risiko.
Alhasil, OTT KPK bukan hanya sekadar aksi tangkap-menangkap. Ia adalah peringatan keras bagi siapa saja yang berani bermain-main dengan uang negara. Dengan operasi yang terukur, transparan, dan berbasis bukti kuat, KPK menegaskan bahwa korupsi adalah kejahatan yang pasti berujung pada borgol.
Editor: DahlanReporter: Syaiful AB