Kendari – Seleksi Tilawatil Qur’an dan Musabaqah Al-Hadits (STQH) Nasional XXVIII Tahun 2025 di Kendari, Sulawesi Tenggara, menghadirkan cabang lomba baru, Karya Tulis Ilmiah Hadis (KTIH). Lomba ini menekankan dimensi intelektual di ajang yang selama ini dikenal fokus pada hafalan dan tilawah.
Pelaksanaan KTIH pada Minggu (12/10/2025) menjadi langkah awal membangun tradisi akademik dalam memahami hadis. “Peserta diuji kemampuan menulis, menafsir, dan mempresentasikan gagasan secara ilmiah,” ujar Plt. Direktur Penerangan Agama Islam, Ahmad Zayadi.
Zayadi menuturkan, penilaian KTIH dilakukan berlapis, menekankan keaslian karya, bobot materi, kaidah bahasa, logika penyusunan, dan kemampuan presentasi. “Ini pertama kalinya KTIH hadir dalam STQH. Kami ingin memberi ruang bagi peserta untuk berpikir kritis dan ilmiah,” tambahnya.
Babak penyisihan menilai lima kategori utama: relevansi judul, bobot dan kebaruan gagasan, eksplorasi kandungan hadis, keluasan wawasan, dan kekayaan referensi. Logika dan sistematika gagasan menjadi fokus penting. Keaslian karya wajib dipenuhi, dengan batas maksimal 20 persen tingkat kemiripan dari pemeriksaan plagiarisme.
Di babak final, kemampuan presentasi juga dinilai dengan tiga kategori: kualitas paparan, kualitas jawaban, serta etika dan kematangan emosi.
“STQH tahun ini tidak hanya melahirkan penghafal hadis, tetapi juga generasi yang mampu berpikir kritis, sistematis, dan berkontribusi nyata melalui gagasan akademik,” tandas Zayadi.***
Editor: RedaksiReporter: Redaksi












