JAKARTA — Ketua Umum PSSI Erick Thohir menyatakan Indonesia patut bangga dengan keberadaan National Dispute Resolution Chamber (NDRC) Indonesia yang semakin eksis dalam ekosistem sepak bola nasional. Sejak mendapat pengakuan FIFA pada 2023, NDRC Indonesia menjadi satu dari lima NDRC di dunia dan satu-satunya di Asia.
“Kita patut bangga dengan diakuinya NDRC Indonesia, di dunia baru ada lima. Dan di Asia kita adalah satu-satunya. NDRC akan mendorong transparansi, check and balance. Berharap setiap putusan NDRC wajib dipatuhi baik oleh klub atau pemain demi keberlanjutan ekosistem sepak bola nasional. Kami siap mengawal agar iklim sepak bola kita makin sehat dan profesional,” ujar Erick Thohir, Rabu (6/8/2025) di Jakarta.
Dalam dua tahun berdiri, NDRC Indonesia telah menangani lebih dari 200 kasus, sebagian besar terkait tunggakan gaji pemain oleh klub. Lembaga arbitrase ini berada di bawah naungan PSSI untuk menyelesaikan sengketa antara klub dengan pemain, pelatih, antar klub, maupun dengan sekolah sepak bola.
Ketua NDRC Indonesia Togi Pangaribuan menjelaskan, proses pembentukan NDRC dimulai sejak 2019 dan mendapat pengakuan resmi FIFA pada 2023. “NDRC Indonesia adalah forum netral, tidak semata membela pemain tetapi juga membela klub. Karena tidak hanya klub yang nakal tetapi ada juga pemain yang nakal. Kita akan terus melakukan sosialisasi NDRC Indonesia kepada stakeholder sepak bola Indonesia,” terangnya.
Ia menambahkan, sebelum ada NDRC, sengketa sepak bola kerap diselesaikan secara sporadis melalui pengadilan negeri atau pengadilan industrial.
Direktur Utama I.League, Ferry Paulus, menyebut NDRC sebagai pilar penting untuk menciptakan iklim profesional yang adil dan bertanggung jawab. “NDRC strategis, hak pemain. Ini langkah positif dan bagus, industri sepak bola Indonesia pasti akan lebih baik,” ucapnya.
Sementara itu, Wakil Presiden Asosiasi Pesepak bola Profesional Indonesia (APPI), Achmad Juprianto, menilai keberadaan NDRC memberikan kepastian hukum bagi pemain. “Apresiasi dengan keseriusan PSSI terhadap NDRC, dengan diakuinya NDRC, pemain punya kepastian hukum. NDRC Indonesia terobosan besar, demi kepastian hukum pemain,” ungkapnya.
Ia menambahkan, sebelum membawa kasus ke NDRC, pemain dan klub dianjurkan untuk terlebih dahulu menyelesaikan masalah secara internal. “Jika ada sengketa, pemain dan klub tidak langsung ke NDRC Indonesia, tetapi bicarakan dulu baik-baik dengan klub. Kalau mentok baru ke NDRC Indonesia. Sebelum adanya NDRC, agak sulit, kita kerja berdasarkan kontrak, dengan klub di lokasi klub. Kini lebih simple, hanya laporan ke NDRC. Stakeholder hormati semua keputusan NDRC,” pungkas Juprianto.***
Editor: RedaksiReporter: Redaksi